watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

ILMU HITAM EROTIS

“Dewi, gua dengar, di daerah dusun luar kota ada
orang pinter yang hebat loe, eloe coba aja ke
sana, mungkin dia bisa bantu” begitu kata Cindy
teman kantorku. Aku menatapnya dan berkata
“sekarang udah zaman komputer, masa sih eloe
nyuruh gua percaya, sama dukun?” kataKu
dengan arogan.
“loh, apa salahnya di coba, apa loe mau sendiri
terus, Ki Bejo itu dukun hebat, sudah banyak
yang berhasil” kata Cindy lagi.
Aku diam, pikiranku menerawang jauh, memang
aku tak penah mau jadi perwan tua, umurku
sudah 30 tahun, tapi tak ada seorang cowokku
yang tertarik padaKu. Padahal, aku tidak jelek.
wajahku ayu, kulitku putih. Latar belakang
pendidikanKu juga tidak jelek, dengan S1
ekonomi. Aku juga dari keluarga baik baik,
dengan ekonomi cukup mapan.
“eh koq melamun sih” kata Cindy lagi. “ah engak
koq, aku lagi mikirin, kerjaan, besok bos mau
meeting” kataku asal jawab. “ah, eloe, kerjaan
mulu, eloe mesti pikirin juga diri eleo dong, lihat
gua, umur gua lebih mudah dari eleo, anak gua
udah dua, kapan eloe mau punya anak, Dewi,
Dewi…” kata Cindy yang terus nyerocos kaya
senapan mesin.
Aku masih diam, mendengar nasehat teman
baikku ini. “udah deh, eloe coba konsultasi ama Ki
Bejo, nih alamatnya” kata Cindy lalu menyebutkan
alamat Ki Bejo. Aku pura pura, acuh, tapi otakku
mememori seluruh ucapannya.
“Dewi, kalau mau, gua akan temanin eloe pergi ke
sana” kata Cindy lagi. “udah deh, Cindy, gua gak
percaya ama gitu gituan” , kataKu. Cindy
menghela nafas, “yah, sudah deh, tapi kalau eloe
berubah pikiran eloe bilang aja yah.
Saat itu, lewat Anto, Teman kantorku juga, dia
menjabat kepala mekanik. Dia seusia dengan ku,
dia juga lajang dan wajahnya tampan. Aku sudah
berkali kali menarik perhatiannya, tapi dia
tampaknya acuh padaKu.
“Hai, Cindy, gimana kabarnya anak eleo” katanya
menyapa Cindy. “he he baik baik, anak eloe
gimana” kata Cindy. “ah eleo, lagi gua design
“jawab Anto bercanda.
Anto berlalu, begitu saja di depanku, seakan akan
aku tak ada di situ. Ada rasa kesal di hatiku.
Memang benar kata Cindy, aku harus mencoba,
kesaktian Ki Bejo, tapi aku terlalu gengsi untuk
mengakuinya.
Hari jum’at, malamnya sepulang dari kantor aku
melarikan mobilku, memasuki jalan tol dan
melaju kencang. Sambil mendengarkan lagu lagu
romantis, mobilku melaju cepat. Sampai bertemu
pintu keluar, yand di sebutkan Cindy.
Mobilku terus berjalan, dan jalan di
perkampungan itu agak rusak. Jalan tak beraspal,
penuh debu, dan kerikil. Aku sampai tersesar, dan
bertanya tanya orang. Sampai orang terakhir
“pak, numpang tanya, rumah Ki Bejo di mana
yah?”.
“oh, Ki Bejo dukun sakti itu yah” katanya. Aku
mengangguk, wah mungkin Ki Bejo ini benar
benar sakti pikirKu. “itu, ibu lurus saja, nanti lihat
rumah catnya hijau putih, nah itu rumahnya” kata
orang itu.
Setelah mengucapakan terima kasih mobilku
terus melaju pelan, sampai bertemu rumah
berciri sama dengan yang di ucapkan orang itu.
Aku memarkirkan mobilKu. Memasuki terus
rumah, itu dan mengetuk pintu.
“yah, ada apa bu” kata seorang lelaki
muda,berumur tak lebih dari 17 tahun. “anu dik,
Ki Bejo ada?” tanyaKu. “oh, ada tunggu yah,
silakan duduk dulu, saya panggilkan bapak” kata
anak muda itu, sambil mempersilakan saya
duduk.
Mataku melihat sekeliling ruang tamu itu, rumah
itu tergolong mewah untuk ukuran kampung.
Tak lama munculah lelaki tua berumur sekitar 60
tahunan. Tubuhnya masih tampak kuat. Hanya
rambutnya sebagian sudah memutih. Kulitnya
hitam legam.
Wajah orang itu agak menyeramkan, lebih cocok
menjadi preman di banding dukun. Jari jari yang
besar, di penuhi cin-cin dengan batu berwarna
warni.
“selamat malam, ada yang bisa saya bantu”
katanya. Aku masih agak shock melihat
penampilan dirinya. “eh, anu pak.. anu “katku
terbata. Ki Bejo tersenyum.
Anak muda itu kembali keluar dengan membawa,
segelas air “silakan bu” katanya. Aku melihat anak
muda. “ini anak saya,” kata Ki Bejo. Anak itu
segera masuk kembali. Aku melihat perbedaan
yang nyata, anak itu ganteng, dan kulitnya putih,
koq bapaknya seperti ini yah pikirKu.
Setelah berbasi basi, dan tampaknya Ki Bejo jauh
lebih ramah, di banding penampilannya, Aku lalu
mengutarakan maksud kedatanganKu. “oh,
masalah itu, itu masalah muda, aya kita ke kamar
praktekKu” kata Ki Bejo.
Aku mengikuti dia, masuk ke sebuah kamar,
berukuran cukup luas. Ki Bejo duduk bersila di
hapadannya ada meja, yang di atasnya terletak
baskom berisi bunga bungaan. Ada anglo,
dengan arang yang membara, Ada kasur,
dengan alas putih di situ serta beberapa keris dan
berbagai pernak pernik perdukunan, yang terlihat
berbau mistik.
Tangan Ki Bejo mengambil menyan, segemgam
menyan itu di taruh di atas arang yang membara,
asap mengepul dengan bau menyegat,
memenuhi ruang itu. Kepalaku tersa berkunang,
kunang. Dan mulut Ki Bejo berkomat kamit.
“jodoh kamu ada, cuma tertutup, sinar aura
kamu gelap” kata Ki Bejo. Aku hanya
mengangguk. “Kalau kamu mau Aku bisa
menolong kamu, dan aku jamin berhasil” kata Ki
Bejo lagi. Aku tersenyum “saya mau Ki, tolong
saya”.
“Baik, sekarang, lepaskan baju kamu” kata Ki Bejo.
Aku kaget mendengar kata kata Ki Bejo. Naluriku
langsung berkata tidak, tapi tanganku mulai
mengangkat kaos T-shirtKu. Dan aku perlahan
membuka celana jeanku. Kini aku berdiri dengan
hanya memakai Bra dan celana dalam saja. Mata
Ki Bejo menatap liar tubuhKu Dia menghapiriku.
Mulutnya berkomat kamit, tangannya bergerak
gerak, aneh sepeti menari di depanKu.
“coba, lepas BH kamu “perintah Ki Bejo. Saat itu
tanganku segera melepas kait BH kream Ku tanpa
berpikir. Mata Ki Bejo, seperti melahap buah
dadaku yang mengantung terbuka. Tangannya
segera meraba buah dadaKu. Mulutnya masih
terus berkomat kamit, dengan bahasa yang sama
sekali aku tak mengerti.
Yang saat ini Aku rasakan ada desakan kuat di
rahimKu. Aku merasa vaginaKu mulai berreaksi,
aku terangsang. Tangan tangan Ki Bejo terus
meraba raba buah dadaKu. Dia meremas, dan
memainkan putting susuku. Putting susuku pun
menerima perlakuan ini dan agak menegang.
Dan tiba tiba, jarinya menekan selangkangan
celana dalamKu. “aghhhh “jeritku. Aku semakin
terhanyut, dalam birahi yang di berikan Ki Bejo.
Ki Bejo kemudian membaringkan ku di kasur, di
ruang itu. Aku benar bena rke hilangan pikiran
jernihku, Entah kenapa aku menurut saja.
“sekarangkan, kamu bayangkan lelaki yang kau
inginkan” kata Ki Bejo.
Setelah berbaring, Ki Bejo dengan nafsu sekali
melumat bibirku. Dia menciumku dengan penuh
nafsu. Lidahnya juga terus berusaha mesuk ke
mulutku. Berputar di sana, menyentuh langit
langit mulutKu. Mengelitik, dan memberiku
rangsangan yang hebat.
Lidahnya juga menjilati leher, kuping dan pipiku.
Ada rasa jijik, tapi Aku tak bisa menolak, Aku
hanya memejamkan mata, membayangkan kalau
Anto yang melakuan ini semua pada diriku.
Lidah lidah Ki Bejo terus turun hingga ke buah
dadaKu. menjilati putting susuKu yang semakin
mengeras, dan menyedotnya dengan lembut,
membuat aku makin terlena. Vaginaku rasanya
terus berdenyut, dan lendir nafsuku mengalir
deras membasahi celana dalam creamku.
Sambil terus menyusu, Ki Bejo juga memainkan
selangkangan celana dalamKu. Aku menjadi
begitu hot. “asss, ohh Ki, Ki Bejo, saya tak tahan
Ki” kataKu.
Aku benar benar terangsang, seumur hidupku,
aku baru kali ini merasakan, hal ini. Memang
terkadang aku melakuan masturbasi, kalau
birahiku meninggi, tapi rasanya tak seperti ini.
Rasa nikmat ini benar benar membuatku gila.
Dan Ki Bejo terus saja, memainkan buah dadaKU,
dan selangkangan celana dalamKu. Pemainannya
ini terus membawaku ke puncak kenikmatanKu.
Aku benar benar tak tahan lagi, Aku menjerit
penuh kenikmatan, tubuhku bergetar hebat. “Ki
Bejo, ahh saya tak tahan …”.
Ki Bejo diam sebentar, menatap tubuhku yang
mengejet, menikmati orgasmeku. Kemudian,
yang kulihat, Ki Bejo sudah berbugil ria. Tongkat
saktinya bergatung bebas, membuatku bergidik.
Penisnya besar, hitam. “ayo, buka mulut kamu”
katanya sambil mendekatkan penisnya ke
wajahKu.
Aku seperti di sirep, mulutku terbuka lebar, dan
penis itu bermain di dalam mulutku. Ki Bejo,
memegang kepalaKu, membelai rambutku yang
hitam, dan sebahu, yang selalu aku rawat dengan
baik.
Penisnya terus begerak dalam mulutku. Entah
kenapa, aku sangat menikmatinya. Tanpa di
suruh, aku melakukan gerak seperti di filem filem
porno. Ki Bejo juga sangat menikmatinya. Dia
mengeram, kenikmatan.
Penisnya terus bergerak maju dan mundur, Aku
sediri, dengan nasfu menyedot nyedot kepala
penisnya. “ohhh … “dan sperma Ki Bejo
memenuhi mulutku. “cepat, telan p-e-j-u Ku,
jangan di buang, itu obat” kata Ki Bejo.
Aku menelan spermanya, yang berbau anyir, dan
membuatku ingin muntah.
Ki Bejo lalu dengan tenangnya melepas celana
dalamku, melebarkan kakiKu, menatap liar
pangkal pahaku. Bukit kemaluanku yang berbulu,
itu jadi santapan matanya. Jarinya kemudian,
bergerak memaikan klitorisku. Aku kembali
mendesah. Rasa gatel dan nikmat, kembali
menyerang klitorisKu.
Sementara itu dia juga memainkan batang
penisnya yang sudah mulai membesar kembali
Dan penis itu mulai mendekat ke vaginaKu. Hatiku
menjerit, menolak perlakuan itu. Tapi tubuhku
bagai patung, diam saja, tak protes. Perlahan
ujung penisnya mulai membuka liang vaginaku
yang perawan itu.
Lendir lendir nikmat yang membasahi liang
vaginaku memudahkan usahanya. Penis itu
bergerak masuk, membuatKu merasa pedih. Dan
terus mendesak masuk “sakit, sakit”. Jeritku pelan.
Tanpa peduli, Ki Bejo merobek selaput darahKu.
Dia terus bergerak, maju dan mundur Penis
besarnya mengisi ruang ruang dalam liang
sagamaKu. Rasa perih dan sakit mendera
vaginaKu. Aku mengigit bibirku menahan sakit di
vaginaKu.
Tanpa peduli ke adaanku yang mengerang
kesakitan Ki Bejo terus mengoyang tubuhKu.
Sebentar kemudian dia mencabut penisnya
tubuhku di baliknya, pinggulku di angkatnya Dari
belakang, penis itu memasuki tubuhKu. Dan Aku
merakan sakit kembali mendera vaginaKu.
Dengan posisi ini aku merasakan penis Ki Bejo
semakin besar. Melesak dalam liang vaginaku,
bergerak keluar masuk dengan cepat.
Ki Bejo dengan penuh nafsu terus merodok
vaginaKu. Dia mendengus seperti banteng yang
siap menanduk mangsanya. Turus begerak,
membuat tubuhku semakin mengerang
Hampir 15 menit kemudian, setelah peluh
membasahi tubuhnya Ki Bejo mengerang. Aku
merasakan cairan spermanya tumpah ruah
dalam rahimku.
Aku tersungkur, terberaing tengkurap di kasur itu.
Aku lemas sekali. Di sprei berwarna putih tampak
jelas, noda merah, darah perawanku. Air mataku
menitik, bathinku menganggis. Kesucianku yang
ku jaga selama ini telah di renggut dukun cabul
ini.
Ki Bejo berjalan ke mejanya. dia mengambil
segelas air, dia berkomat kamit. “nih, minum air
ini, habiskan” katanya. Aku meminum air itu, dan
setelah itu, tenagaku seperti pulih kembali. Aku
segera berpakaian kembali. Dan segera pergi dari
tempat itu tanpa permisi.
Semakin mobilku menjauh dari rumah Ki Bejo,
aku semakin sadar. Dan Aku kembali menangis di
mobilku, Aku telah menjadi korban penipuan
dukun cabul.
Setibanya di rumah, aku membuka seluruh
pakaianku, dan di selangkangan celana dalamku
terdapat noda darah, kembali air mataku menitik.
Aku segera membasuh tubuh membersihkan
dari kotoran Ki Bejo.
Malam itu aku tidur dengan mata sembab. Aku
tertidur karena ke lelahan.
Di kantor esok harinya, aku seperti tak bergairah.
Aku tak bisa bekerja dengan baik. “tok tok tok,
pintu ruang kantor di ketuk seseorang. “yah,
masuk aja “jawab Ku.
“maaf Dewi, eh bu Dewi, saya mau lihat laporan
pembelian, spare pert mesin,yang bulan lalu?”
kata Anto. Aku menatapnya, tak biasanya dia
minta laporan pembelian. Karena memang bukan
tugas dia. Tapi aku langsung mengangguk, dan
mencari file pembelian.
“ini pak Anto” kataKu sambil mememberikan file
itu padanya. Dia menatapku, aku merasakan
kehangatan dari bola matanya. “terima kasih Bu
Dewi.” dia menerima file itu, lalu berjalan ke pintu.
Dia berhenti sebentar, membalikan badannya lagi
“eh maaf Bu Dewi, apa eh.. maksud saya”
katanya agak gugup.
“ada apa pak Anto, koq kayak bingung” kataku.
“eh, anu, saya ada undangan pesta pernikahan
teman saya, maksud saya, apa Bu Dewi ada
acara entar malam, apa boleh saya ajak Bu Dewi
ke pesta teman saya itu” katanya.
Jantung saya berdebar, kata katanya seperti
lamaran buat saya, saya tersenyum, “ah Pak
Anto, saya entar malam gak ada acara” kataKu
dengan perasaan berbunga bunga.
“jadi, Bu Dewi, bersedia menemani saya ke pesta
itu?” tanya Anto lagi. Aku menganggukan kepala.
“terima kasih Bu Dewi, nanti malam saya jemput
yah” katanya yang tampaknya juga gembira
sekali.
Saat itu aku termenung, apa semua ini, dari Ki
Bejo. Apa dia benar benar begitu sakti.
Jam 5.00 sore aku sudah tiba di rumah. Begitu di
kamar, aku melepas seluruh pakaianku,
bercermin menatap bayang bayang tubuhku di
cermin. Aku mengagumi sendiri bentuk indah
tubuhKu.
Hpku berbunyi tepat pukul 5.30. Aku menerima
Hp itu, dari Anto. “Bu Dewi, apa sudah siap, saya
sedang menuju ke sana”. “oh sudah sudah siap
“jawabku, dan segera masuk ke kamar mandi,
begitu pembicaraan selesai.
Tepat jam 7.00 mobil BMW Anto telah ada di
depan rumahKu, aku masuk ke dalam mobilnya.
Aku tersenyum dan dia juga tersenyum.
Mobilnya pun berjalan pelan. Dia banyak
berbicara padaKu. “Dewi, apa kamu sudah punya
pacar ? “tanya Anto tiba tiba
Aku mengeleng “belum, saya belum punya
pacar” kataKu. Anto tersenyum, lalu berkata
“Dewi, kita sama sama telah berumur, kalau
kamu tidak keberatan, bagaimana kalau kita
berpacaran saja” kata Anto.
Hatiku dag dig dug, rasa senang, melanda diriku,
saat itu juga aku resmi menjadi pacarAnto. Rupa
undangan pernikahan itu cuma pura pura, Anto
memang ingin mengajakku keluar, untuk
menyatakan cintanya.
Kini di kantor hari hariku lebih ceria. Tiga bulan
sudah kita melewati masa pacaran yang penuh
kebahagian. Saat malam minggu Anto
mengajakku menginap di Villanya di puncak. Aku
tak keberatan, toh Anto sudah meminangku, dan
orang tuaku setuju sekali. Kita tinggal menunggu
hari untuk melangsungkan pesta pernikanan kita.
Di Villa itu, rasa dingin menyelimuti ku. Anto
memelukku erat, memberiku rasa hangat. Bibir
kami menempel erat, seakan tak bisa lepas.
Tangan Anto pun mulai menjamah buah dadaKu.
Aku mulai merasakan kenikmatan dari calon
suamiku.
Tangan Anto terus menyusup di balik bujuku,
dan memainkan putting susuKu. Saat itu kepalaku
rasanya pusing, dan tiba tiba terbayang Ki Bejo.
Saat itu diriku menjadi tak enak. Birahi agak
menurun. Aku tak suci lagi, bagaimana jika Anto
tak bisa menerima diriku.
Anto terus saja menstimulasi tubuhKu. Bajuku
dilepasnya, dan kini aku sudah hampir bugil total.
Anto terus menjilati buah dadaKu. Rasa birahi
perlahan bangkit kembali Anto pun mulai
membuka celana dalamku.
Dia sendiri membuka celananya. Aku menatap
penisnya yang jauh lebih kecil dari milik Ki Bejo.
Dia mendekat, dan membuka lebar kakiKu. Dia
mau melakukan penetrasi. “Anto, apa tidak kita
tunggu sampai menikah nanti” kataKu. Sambil
mencium keningku Anto berkata “sayang, sejak
aku menyatakan cintaku, aku sudah menganggap
kamu istri saya sayang”.
Tiba tiba penis itu telah masuk, aku pura pura
menjerit “aduh, sakit sekali Anto”. Padahal Aku
tidak merasakan apa apa, aku merasa hambar.
Anto terus bergoyang, dengan nafsu, penisnya
bergerak dengan cepat keluar masuk.
Aku pun terus mendesah, walaupun tak
merasakan apa apa. Anto terus mengoyang
tubuhku. Udara dingin pegunungan itu, tak
mampu membendung peluh yang membasahi
tubuhnya. Anto mengeram, dan dia melepas
spermanya.
“Oh, sayang aku sangat menikmatinya” katanya
sambil menciumi bibirku dengan mesra. Setelah
itu Anto terbaring kelelahan, tak lama dia tertidur.
Aku termenung di toilet, aku heran aku tak
merasakan apa apa, ada nafsu, vaginaku
berlendir, tapi aku tak bisa merasakan penis Anto.
Vagina seperti mati rasa. Apa yang terjadi dengan
diriku. Saat itu bayang bayang Ki Bejo
membayangi diriku lagi.
Aku hanya berharap, aku terlalu tegang karena
sudah tak suci lagi.
Esoknya pagi pagi Anto telah bangun. Dia
mencium keningku,” selamat pagi Dewi sayang”.
Aku pun tersenyum. Dan Anto sama sekali tak
menanyakan soal keperawanan ku. Ini
membuatku menjadi tenang.
Setelah itu, Anto kembali mencumbuKu. Kini
dengan tanpa beban, Aku bisa terangsang dan
menikmati setiap sentuhannya. Tapi tetap saja
aku tak bisa merasakan penis Anto. Sama sekali
mati rasa, seakan akan, penis Anto tak ada. Dan
bayang bayang Ki Bejo selalu menghapiriku. Ini
membuatku sangat menderita. Anto membuat
birahi yang memuncak, tapi tak terselesaikan.
Aku tak bisa membicarakan hal ini dengan Anto.
Aku hanya bisa berpura pura menikmati
permainannya.
Hari itu, aku sudah berencana, ingin menanyakan
masalah ini pada Ki Bejo. Sepulang dari kantor
kembali aku memacu mobilku ke tempat Ki Bejo.
Menyusuri jalan jalan berdebu, sampai tiba di
rumah Ki Bejo.
“ada masalah apalagi, neng, apa ilmuKu tak
berhasil ? “tanya Ki Bejo. Aku mengutarakan
kondisiku. Ki Bejo mengajak Aku ke kamarnya
lagi.
Kembali kepala pening karena asap menyan yang
mengepul. “sini, biar saya periksa” kata Ki Bejo.
Sambil membuka bajuku juga bra Ku. Dia melihat
buah dadaKu “hmm, kilihatannya normal aja”.
Kemudian dia juga membuka celanaKu berikut
celana dalamnya.
Sambil duduk, tangan Ki Bejo, membuka belahan
vaginaKu. “Hmm, normal aja” katanya
berguman. Lalu lidahnya menjulur, dan klitorisku
menjadi sasarannya. nafsuku tiba tiba menjadi
tinggi. “oahhh Ki, ada apa dengan kemaluan saya
“desahKu.
Lidah Ki Bejo terus merangsang syaraf syaraf
sensitif di vaginaKu. Lendir kenikmatanku
mengalir deras. “oh Ki, enak sekali, terus Ki, enak
sekali “desahku. Aku benar benar merasa gatel di
klitorisku. Setelah bermain tak terpuaskan dengan
Anto, sekarang aku benra benar merasakan
nikmat.
Lidah Ki Bejo aktif sekali, dan tubuhku bergetar,
menerima rangsangannya. Rangsangan yang
tidak ku dapati dari Anto. Sebentar saja, tubuhku
bergetar hebat. Aku kejang kejang, Aku
tenggelam dalam kenikmatan Ki Bejo.Setelah membiarkan aku sebentar, kembali
tangan Ki Bejo meraba raba bagian dadaKu.
Putting susuku juga tak luput menerima sensasi
nikmat Ki Bejo. Birahi perlahan naik lagi. Dan
tanganku juga meraba raba selangkannya. “Ki,
saya mau ini” kataKu.
Ki Bejo mengeluarkan senjatanya, dan
membiarkan Aku memainkannya. Tanganku
seperti gemas sekali, mengocok ngocok penis
besar Ki Bejo. Sampai Aku merasakan gatel di
Klitorisku, dan Aku memintanya “Ki, ayo masukin
aja, aku udah gak tahan “pintaku.
Dan Ki Bejo membalikan tubuhKu. Aku tahu dia
ingin memasukannya dari belakang aku langsung
menungging. Aku mendesah, ketika ujung
penisnya menyentuh klitoriKu Ki Bejo dengan
lembut mengesek ujung penisnya di Klitorisku.
Aku mendesah “ohh Ki, udah gak tahan, masukin
aja..” pintaku merengek.
Pelahan Ki Bejo mendorong masuk penisnya.
Aku merasakannya, tiap tiap centi, daging itu
menerobos masuk ke kemaluanku. Aku
mengerang nikmat, begitu juga Ki Bejo,
merasakan jepitan erat vaginaku. Tubuhnya
bergerak, seiring penisnya keluar masuk
vaginaku.
Aku benar benar merasakan nikmat bersetubuh,
dengan seorang pria. Sebentar saja tubuhku
kembali bergetar hebat. Aku menerima puncak
kenikmat itu dari Ki Bejo.
Tahu, aku tengah menikmati orgasmeKu, Ki Bejo
diam sesaat, lalu mulai bergerak dengan lembut.
perlahan menaikan kembali birahi. dan turus
mengocok dengan cepat.
Membawaku ke puncak nikmatku lagi.
Tiga kali aku di buatnya orgasme, sampai dia pun
mengerang, menikmati orgasmenya di vaginaKu.
Tubuhku pun menjadi lemas.
Setelah, aku berpakaian, dan merapikan
pakaiaanKu. Aku kembali menanyakan
masalahKu. Ki Bejo membelai rambutku,
“Sudahlah, saya akan coba, membantu kamu”.
Dalam perjalan pulang, mobilku berjalan lambat.
Aku berpikir, kenapa aku begitu suka permainan
sex Ki Bejo. Aku sepertinya ke tagihan oleh
permainannya.
Aku seperti ingin membatalkan pernikahanKu
dengan Anto. Dari pada menikah, tapi bathinku
tersiksa, lebih baik aku sendiri pikirKu.
Hari pernikahanku akhirnya tiba juga. Dimana Aku
dan Anto menjadi raja dan ratu sehari. Anto pun
telah menyediakan tempat bernaung untuk ku.
Sebuah rumah yang cantik di perumah yang
cukup ternama.
Pesta perkawinanku juga tergolong mewah,
dengan di hadir lebih dari seribu orang, kerabat
ku dan Anto, serta orang tua kami.
Malam harinya, Aku bercinta dengan Anto secara
resmi. Sama seperti sebelumnya, vaginaKu mati
rasa. Aku terangsang, menikmati cumbuan
suamiku, tapi ketika nafsuku sudah tinggi,
sewaktu Anto melakukan penetrasi, aku tak
merasakan apa apa.
Tidak ada rasa sakit dan tidak ada rasa nikmat.
Sangat berbeda dengan Ki Bejo.
Setelah Anto ejakulasi, dan Aku belum apa apa,
Aku berbaring saja. Hatiku gembira menerima
sosok Anto sebagai suamiKu. Anto suami yang
baik. Tapi Badanku menolak Anto. Badanku
seperti milik Ki Bejo.
Di saat ini, sepertinya Aku ingin melarikan
mobilku dengan kencang menuju rumah Ki Bejo,
dan melampiaskan birahiku padanya.
Malam pengantin ini membuat hatiku bahagia,
tapi badanku menangis kecewa
Entah apa yang akan terjadi besok.
Setelah melewati malam pengantin dengan
kekecewaan, Aku semakin merasa jemu dengan
suamiku Anto. Di lain pihak aku juga merasa
kasih sayang dia. Sebagai pengantin baru, Anto
sangat memeperhatikan Aku.
Anto bahkan tidak mengizinkan Aku untuk
berkantor lagi. “Mami, sekarang mami, di rumah
saja, ngapain cape cape kerja,biar papi yang cari
duit, mami mau berapa “begitu katanya. Teman
teman ku mengatakan aku sangat beruntung bisa
bersuamikan Anto.
Aku tak tahu, perasaanku dengan Anto, hambar.
Hampir tiap malam aku bercinta dengan Anto.
Tiap malam pula aku kecewa. Lebih baik jika Anto
tidak mengajakku bercinta. Lebih baik kita tidur
saja, itu pikirku dalam hati.
Tapi tidak, Anto mencumbuku, membuatku
terangsang. Aku tak bisa menolak suamiku
sendiri. Anto membuatku sangat terangsang
dengan cumbuan cumbuan mesranya, tapi aku
tak bisa terpuaskan, aku tak bisa orgasme.
Berapa lama pun Anto mengoyang vaginaku
dengan penisnya, tetap Aku tak merasakan apa
apa. Seperti ada sesuatu yang menjaga vaginaku,
menahan orgasmeku.
Ini membuat Aku kesal dengan Anto. Apa lagi
setelah itu dia biasanya terlelap membawa
kenikmatannya sendiri. Sedang Aku hanya bisa,
termenung. Di saat seperti ini yang ada di
bayangan sosok Ki Bejo, dengan penisnya.
Aku segera menghindar, Aku melakuan sesuatu,
menonton televisi, atau apa saja. Aku tak mau
memikirkan Ki Bejo, Aku milik suamiku, aku
harus setia, itu yang selalu aku tanamkan dalam
diriku.
Pagi itu, setelah sarapan suami siap aiap
berangkat ke kantor. Dia mencium keningku, lalu
dia meremas pantatku, sambil berbisik “mami,
semalam goyangan papi hebat gak?”. Aku
tersenyum “hebat pi, hebat “jawabku. “entar
malam papi goyang lagi yah” katanya. Aku hanya
mengangguk, dalam hatiku lebih baik tidak usah
bercinta.
Apa aku harus hidup dalam kepura puraan.
Kenapa vaginaku tak bisa menerima penisnya.
Kenapa mati rasa, kenapa. Ki Bejo, apa yang kau
lakukan terhadap diriku ?
Setelah Aku mandi, Aku berencana akan ke Dr
Genekolog (ahli kebindanan ). Aku tak mau lagi ke
Ki Bejo. Aku mau yang logic pikirku.
“yah selamat siang, ada masalah apa “tanya
Dokter itu. “begini dok, saya tak bisa merasakan
penis suami saya” kata saya. Dokter itu
tersenyum “maksud ibu, tak bisa terangsang ?
“tanya Dokter itu lagi.
“bukan, saya terangsang, bahkan sangat
terangsang, tapi waktu suami saya mulai, vagina
saya mati rasa, tak merasakan penis suami
saya..” kata saya. “tak merasakan penis.. hmmm
hmm “Dokter itu berguman sendiri.
“kalau ibu menyentuh vagina ibu, apa ibu
merasakannya ? “tanya Dokter itu lagi. Aku
menatap Dokter itu, sepertinya dia tak percaya
pada cerita saya, sepertinya saya mengada ada.
“tentu saja, saya bisa merasakan jari saya Dokter”
kata saya.
Dokter itu mangut mangut “jadi ibu bisa
merasakan jari ibu di vagina ibu, tapi tak bisa
merasakan penis suami ibu di vagina ibu”.
Intonasi nya seperti mengejek. Aku menatap
Dokter itu lagi, “saya sungguh sungguh Dokter,
saya tidak bercanda”.
“oh, maaf bukan begitu maksud saya, saya baru
kali ini mendapat kasus seperti ini” kata Dokter itu.
Aku diam. “Ok, begini, ibu silakan berbaring, saya
coba periksa” kata Dokter itu kemudian.
Aku menurutinya, aku berbaring. “maaf Bu, saya
harus memeriksa vagina Ibu” kata Dokter itu. Aku
mengerti, aku melepas celana dalam ku. Dokter
itu mulai memakai sarung tangan karetnya. Dia
mulai memeriksa vaginaku.
Dia membuka bibir vaginaku, lalu jarinya di
masukan ke vaginaku. Sebentar kemudian dia
mencabut jarinya. “Ibu, bisa merasakan jari saya
“tanya Dokter itu. “ya, bisa Dok” kataKu. “saya,
rasa vagina ibu normal normal saja, mungkin ini
hanya pskikologis saja, karena ibu kan pengantin
baru” kata Dokter itu.
“maksud Dokter saya steress” kata saya. “yah
mungkin” kata Dokter itu. Aku benar benar tak
puas atas jawaban Dokter ini.
Tiba tiba, aku melihat tubuh Dokter itu
mengejang. Kemudian dia bengong sebentar.
“Dok, kenapa ?’ tanya saya keheranan melihat
tingkahnya. “oh tidak apa apa” katanya.
“Coba saya periksa sekali lagi, untuk lebih
jelasnya” kata Dokter itu. Dia melepas sarung
tangan karetnya. Lalu jarinya membuka bibir
kemaluan saya. Jarinya memainkan klitoris saya.
Sekarang saya merasakan sesuatu yang lain.
Jari jarinya terus memainkan klitoris saya, saya
mengigit bibir saya, lendir saya mulai merembes
keluar liang vagina saya. Dengan adanya lendir
saya, jari jari itu lebih terasa, di klitorisku yang
makin membesar. Bibir vaginaku juga terasa
menebal akibat rangsangan nikmat yang di beri
Dokter itu. Sensasi ini, seperti yang di berikan Ki
Bejo.
Semakin lama diriku makin terhanyut, mataku
terpejam, tanganku mencengkram pingir ranjang
praktek dokter itu. “bagaimana, bu apa ibu, bisa
merasakan nikmatnya” kata Dokter itu. “hmm,
haa, hmm “hanya itu suara yang keluar dari
mulutku.
Lidah Dokter itu juga menjilati vaginaku. Tubuhku
mengeliat, kenikmatan, lendir yang keluar liang
vaginaku semakin menjadi. Tubuhku terus
gemetar “ohh, Dokter saya merasakan, ahh,
ahhh, nikmat.. saya tak tahan, ahhh”. Lidah
Dokter itu terus mengaduk aduk vaginaku.
Tubuhku mengeliat, dan akhirnya menegang
kejang, Aku menerima orgasme yang aku
rindukan selama ini. “Lihat, vagina anda normal
saja kan” kata Dokter itu.
“Sekarang saya akan periksa t-e-t-e ibu yah” kata
Dokter itu yang tanpa permisi membuka bajuku.
Buah dadaku di remas remas, dan putting susuku
di mainkan sesuka dia. Tubuhku mengelinjing,
kenikmatan. Lidahnya juga menjilati putting
susuku.
“ahh, Dokter, saya nafsu sekali, isep pentil saya
dong..” pintaku dengan tak malu malu. Dokter itu
juga sangat bernafsu dengan tubuhku. Dia
menyedot putting susuku, dengan nafsu. Aku
benar benar nikmat, dan mulutku terus
mengerang ngerang, kenikmatan.
Puas bermain dengan buah dadaku, Dokter itu
menyodorkan penisnya ke mulutku. Penis yang
sebesar penis suamiku itu aku kulum dengan
nafsu. Aku menyedot nyedot, mengocok, dan
terus membuat Dokter itu mengerang
kenikmatan.
Doket itu terus mengocok penisnya di mulutku,
maju mundur dengan cepat, sampai aku
merasakan penis itu diam, dan mulutku penuh
dengan spemarnya. Dia mencabut penisnya yang
telah layu itu keluar dari mulutku.
Dia berjalan, dan memegang kakiku, lalu
membuka kakiku selebar mungkin. Wajahnya
sepertinya berubah, Dokter itu menjadi sangar.
Penisnya dengan begitu cepat telah menegang
kembali.
Dan dia mulai melesakkan penisnya masuk ke
vaginaku. Aku merasakan penisnya memenuhi
relung relung di dalam vaginaku. Aku merasakan
penisnya besar sekali. Padahal tadi jelas jelas, aku
melihat penisnya hanya sebesar penis suamiku.
Aku merasa nikmat yang luar biasa, aku
mengerang. Aku mendesah, tubuhku terus
mengeliat, pinggulku bergoyang, seirama
desakkan penis Dokter itu. Aku terus mendesah.
Tak lama tubuhku, menegang “ohhh gatel, aku
keluarrr”.
Tanpa memberiku waktu, untuk menikmati
orgasme, Dokter itu terus mengoyang tubuhku.
Aku mengelijing, ngilu. Sebentar kemudian,
dengan aktifnya penis Dokter itu yang terus
mengesek dinding vaginaku, nafsu ku bangkit
lagi.
Lima menit berikutnya aku mencapai puncak
kenikmatan kembali. Hampir tiap lima menit
rasanya tubuhku mengejang, merasakan puncak
nikmatku. Entah berapa kali, aku berorgasme,
sampai Dokter itu melepas spermanya di dalam
liang vaginaku.
Setelah Dokter itu melepas, batang penisnya dari
liang vaginaku. Aku kembali mengenakan
pakaianku. “nah, bagaimana, berasakan, berarti
anda memang suka sama penis orang lain” kata
Dokter itu. “ha, apa maksudnya Dokter?” tanyaku.
“yah, kamu memang tipe istri yang suka
selingkuh, kamu doyan n-g-e-n-t-o-t sama orang
lain ha.. ha.. ha.. “ejekan Dokter itu membuat
panas hatiku. Aku segera keluar dari ruang praktik
Dokter itu, dan langsung berlari pulang.
Di rumah, aku menangis, hatiku pedih, baru kali
ini aku di rendahkan orang seperti itu. Tapi aku
juga merasakan nikmat yang luar biasa, yang di
berikan Dokter itu. Aku memenuhi bathtub ku
dengan air hangat, lalu aku berendam. Aku
memejamkan mata, aku lebih merasa bersalah
terhadap suamiku sekarang. Apa kata kata dokter
itu benar.
Sensor hindungku seperti menangkap bau
menyan. Aku membuka mataku, tak ada apa,
hanya imajinasiku saja pikirku. Kembali aku
menenangkan diri, air hangat ini membuat otot
otot ku menjadi rilex.
Tida tiba, aku merasa seperti ada yang mengelitik
vaginaku. Aku langsung berdiri, memegang
vaginaku, aku tak menemukan sesuatu, bulu
kudukku sontak berdiri. Apa apa ini. Tida tiba
tubuhku kaku, aku tak bisa mengerakan anggota
tubuhku, bibirku terkunci, aku seperti patung.
Dalam keadaan tegang itu, aku merasa jelas sekali
seperti ada sosok yang tak nampak mata sedang
merabai vaginaku. Benda seperti jari jari tangan
itu menyelinap masuk ke tubuhku, bermain di
dalam liangku. Anehnya, aku merasakan sensasi
nikmat yang luar biasa. Dalam keadaan tubuh
yang kaku, lendir kenikmatan ku keluar begitu
saja.
Semua organ sex ku, menjadi sangat terangsang.
Aku benar benar nikmat, samapi tak bisa
menahan kenikmatan itu, tiba tiba tubuhku
terbebas dari ke-kaku-annya, tubuhku bergetar
hebat, “ohhhh ahhhhh”.
Tubuhku terjatuh dalam bathtub, terpeleset,
rebah. Kini tubuh kembali merasakan air hangat di
bathtubku. Mataku terasa berat sekali, rasa
ngantuk menyerangku, aku seperti melayang,
dalam setengah sadar aku mendenga suara yang
ku kenal, sayup sayup Ki Bejo berkata “bagai
mana Dewi, apa kau merasa nikmat dengan
permainanan ku tadi, kau memang istri yang
suka selingkuh ha.. ha..ha.. “
“mami, mami..”. Aku merasa tubuhku di goyang,
di bangunkan, aku membuka mataku, aku
melihat suami dengan wajahnya yang kawatir.
“mami, kamu kenapa sayang, ayo bangun,” kata
suamiku menarik tanganku.
Tapi tubuh seakan lemas tak bertulang, “papi..
mami sakit, pusing…” suaraku lemah. Suamiku
langsung mengendongku, membawaku ke
kamar, dan memaringkan tubuhku di ranjang..
Tubuh tak bisa bergerak, suaraku sesak, tapi
kesadaranku tetap tinggi. Bola mataku bisa
melihat jelas, wajah kawatir suamiku.
Tangannya sibuk menekan tombol Hp nya. Dia
menelpon Dokter Benny, dokter keluarganya.
Selagi menunggu ke datangan Dokter Benny
suami saya dengan penuh kasih sayang,
membelai rambutku, dia mencium keningku.
Hatiku menjerit, Anto maafkan diriku. Setelah
Dokter Benny tiba, tubuh langsung di periksa.
“bagaiman dok, apa istri saya kena stroke ? “tanya
suamiku dengan cemas.
“tekanan darah normal, detak jantung juga
normal, tak ada tanda tanda stroke” kata Dokter
Benny.
“lalu apa, penyakitnya Dok ? “tanya suamiku.
Dokter Benny tampak bingung juga, dia berkata
“Untuk sememtara, saya menguda istri anda ke
lelahan”. Suami tampak tak puas dengan jawaban
Dokter Benny. “begini saja, saya akan memberi
resep, kita lihat besok, jika tidak ada perubahan,
bawa istri kamu ke rumah sakit” kata Dokter
Benny.
Besoknya Aku di bawa suamiku ke rumah sakit,
Tubuhku masih lemas, tapi aku sudah bisa
mengerakkan anggota tubuhku. Dari hasil
pemeriksaan USG, dan hasil tes Lab, tubuhku
normal saja. Ini yang membuat suamiku
bingung.
Aku tahu penyakitku, aku tahu penyebabnya Ki
Bejo, dia menginginkan kehangatan tubuhku, dia
tak mau melepaskan tubuhku. Dalam keadaan
setengah sadar di bathtub beberapa hari yang
lalu, aku seperti berbicara dengan Ki Bejo.
Ada semacam telepati, Ki Bejo menginginkan
tubuhku, dan Dialah yang membuat tubuhku
suka dengannya. Walaupun jiwaku, hatiku tidak
sudi.. Tapi tubuh menginginkan Ki Bejo. Dia tak
akan melepaskan tubuhku.
“Mami, tadi Cindy menyarankan membawa kamu
ke orang pintar, dia ada kenal namanya Ki Bejo”
kata suamiku. Kepalaku seperti di pukul palu
besar. “papi, masa sih, papi percaya sama,
dukun” kataku. “kalau memang bisa
menyembuhkan mami, apa salahnya dukun” kata
suamiku lagi. “tidak mau” kataku.
Selagi suami saya mandi, saya menelpon Cindy.
“Cindy eleo gila yah, kenapa kasih tau Anto
masalah Ki Bejo?”. “tenang Dewi, gua ngak bilang
eloe dapet jodoh dari Ki Bejo koq ““eleo engak
tahu yah, gua di..” aku menghentikan kata kataku.
Aku tak pernah menceritakan tentang hubungan
ku dengan Ki Bejo. Kalau aku bicara takutnya akan
menjadi bumerang unutuk ku. Dewi pun
bertanya “tahu apa ?, kamu kan dapet Anto dari
dia, kenapa tak minta tolong sama dia?”. Aku
menarik nafas “yah sudah deh” kataku langsung
memutus hubungan telepon itu.
Keesokan harinya, tanpa ku ketahui suamiku,
pulang dengan membawa Ki Bejo.
“mami, itu aku bawa Ki Bejo, dia akan mencoba
mengobati kamu” kata suamiku. “ha, Ki Bejo, aku
gak mau, aku gak percaya dukun” kataku protes.
“sudalah mi, di cobakan ngak ada salahnya” kata
suami merayuku. Benar benar Ki Bejoo tak mau
melepaskan diriku.
Aku mengalah, dan suamiku membawa Ki Bejo
masuk ke kamarku. Ki Bejo tersenyum melihatku,
aku memandang rendah dirinya. “saya akan
periksa istri bapak” kata Ki Bejo kepada suamiku.
“silakan pak” kata suamiku.
Ki Bejo memegang tanganku. sambil mulutnya
berkomat kamit. “wah, istri anda di ikuti barang
halus” kata Ki Bejo. “wah, bisa di tolong Ki?” tanya
suamiku. “oh ini hal mudah..” kata Ki Bejo.
“saya minta berdua dengan istri anda, selama
pengobatan tidak boleh ada yang ganggu jika
konsentrasi saya terganggu jiwa istri anda akan
terancam, mengerti” kata Ki Bejo.
“saya mengerti Ki” kata suami saya tanpa curiga.
“mami, saya tinggal dulu yah, biar lah kita kasih
sesempatan sama ki Bejo” kata suamiku. Aku
diam saja, mau bilang tidak rasanya tidak
mungkin.
Setelah suami meninggalkan kama, Ki Bejo
langgsung mengunci pintu kamarku. Aku benar
benar tak bisa apa apa, kini aku harus ditiduri Ki
Bejo di ranjang ku dan suamiku sendiri.
Ki Bejo mendekat, Aku melotot “jangan macam
macam, aku akan teriak “ancamku.
“kau lupa yah, dari siapa kau mendapat
suamimu” kata Ki Bejo sambil membuka
celananya. Penisnya yang besar mengacung
tepat di wajahku. Setelah melihat penisnya tubuh
seketika mendapat tenaga extra. Aku seperti tak
bisa mengatur tubuhku.
Aku meraih batang penisnya tegak itu,
memainkan dengan nafsu. Lalu aku membuka
mulutku lebar lebar, dan aku mengulum
penisnya. Penis itu aku sedoot sedot, sepreti anak
kecil yang mengharapkan susu dari ibunya..
Ki Bejo memegang kepalaku, dan terus
mengocok batang penisnya di mulutku. Kira kira
lima belas menit, Ki Bejo memuntahkan
spermanya dalam mulutku. Bagai orang ke
hausan air maninya aku telan. Rasanya
kerongkongan ku dingin dan suara serak ku
hilang.
Ki Bejo pun tanpa segan memreteli pakaianku
satu persatu. kini dengan senyum penuh nafsu Ki
Bejo menatap tubuhku, yang hanya memakai
celana dalam pink. Lidahnya terus
membangkitkan nafsu birahiku di seputar buah
dadaku. Aku tak bisa apa apa, aku seperti wanita
haus belaian sex, dari Ki Bejo.
Klitorisku rasanya mulai gatel, lendir pun mulai
membasahi selangkangan celana dalamku.
Sambil terus menjilati buah dadaku dengan nafsu
jarinyapun bermain di selangkangan celana
dalamku. Tanpa sadar, aku melebarkan kakiku
sendir, sehingga jari Ki Bejo leluasa memainkan
selangkangan celana dalamku.
Sentuhan jari Ki Bejo sangat terasa menembus
celana dalamku. Lendir terus membasahi celana
dalamku. Klitorisku makin terasa gatel. Aku mulai
tak tahan, aku mendesah pelan “shhh, Ki aku gak
tahan..”. Ki Bejo terus memainkan tubuhku “yah,
Dewi, akuilah kamu membutuhkan diriku, kamu
membutuhkan kepuasan dariku “
Aku mengerang erang kenikmatan “yah Ki, aku
butuh, aku mau Ki.. aku mau..”. Jari Ki Bejo makin
cepat, bergetar di selangkangan celana dalamku,
yang kian basah. Tubuhku melengkung, aku
mencapai puncak birahi.
Tanpa melepas celana dalamku, Ki Bejo
memasukan penisnya dengan menyingkap
celana dalamku ke samping. “ahhh.. Ki…”. “kamu
suka Dewi..” kata ki Bejo setelah seluruh batang
penis besarnya menancap di liang sagamaKu. “oh
Ki, saya suka. ayo goyang Ki “pintaku.
Ki Bejo pun bergerak, maju dan mundur,
penisnya yang besar itu merodok liang vaginaku
dengan nafu yang tinggi. Aku mendesah desah,
nikmatnya tak bisa kubayangkan. Gesekkan penis
besarnya, membuat klitorisku menjadi
membengkak. karena nikmat.
Ki Bejo terus mengoyang liang vaginaku, aku
benar benar di buatnya melayang, tak lama
tubuhku mengejang, mencapai puncak birahiku.
Beberapa kali aku mencapai puncakku, sampai Ki
Bejo juga menyumburkan spermanya di liangku.
Setelah batang penisnya tercabut, Ki Bejo
merapikan celana dalamku, dan dia membiarkan
spermanya di dalam liang vaginaku. Aku sama
sekali tak keberatan. Anehnya aku malah
merasakan vaginaku menjadi sensitif.
Tubuhku kembali normal seperti sediakala. Malah
terasa lebih sehat. Ki Bejo menyuruhku
berpakaian kembali lalu dia memanggil suamiku.
“Lihat istri anda telah sembuh” kata Ki Bejo.
Suamiku menghampiri diriku “wah, bagaimana
Mi, apa sudah mendingan”. “yah, aku jauh lebih
baik “jawabku.
Suamiku pun mengucapkan terima kasih pada Ki
Bejo.
“Begini, sekarang istri anda telah sembuh, tapi
mahluk halus yang berhasil saya keluarkan dari
tubuh istri anda, bisa balik lagi” kata Ki Bejo. “wah
jadi bagaimana Ki ? “tanya suami saya. “yah, saya
harus menjaganya untuk beberapa waktu, di sini”
kata Ki Bejo.
“oh terima kasih Ki, KI Bejo bisa tinggal di kama
atas, kusus buat tamu kata suamiku.“kata
suamiku. “baiklah” kata Ki Bejo.
Kemudian mereka ke luar dari kamar ku, dan
suamiku membawa Ki Bejo ke kamar atas.
Tanganku menyelinap ke balik celana dalamku,
meraba vaginaku yang basah oleh sperma Ki
Bejo, meraba klitorisku sendiri, dan merasa
nikmat.
Melihat kondisi tubuhku yang sudah pulih
kembali, suamiku tampak gembira sekali.
Malam itu dia mencumbuku, sudah seminggu ini
aku tak bisa melayaninya. Malan ini suamiku
menagih. Aku bercumbu hingga terangsang
tinggi.
Tapi tetap saja, setelah penis itu dalam vaginaku
aku tak merasakannya. Suamiku mendasah
kenikmat, memuji muji betapa nikmat liang
vaginaku, sedang aku sendiri tak pernah
merasakan nikmatnya penis suamiku.
Akhirnya suamiku mencapai puncak
kenimatannya. dangan menyiram banyak
sperma di rahimku.Aku hanya tersenyum. Tak
lama suami yang ke lelahan itu telah terlelap.
Kakiku langsung melangkah kecil, perlahan
gagang pintukamarku aku buka, aku berjalan
mengendap endap ke kamar atas.
Ki Bejo, seperti sudah tahu, dia sudah bersiap
siap. Aku melepas gaun tidurku.” katakan apa
yang ada di hatimu” kata Ki Bejo. “Ki, puaskan
diriku, aku ingin Ki “pintaku.
Ki Bejo merangkul diriku, menyuruh aku
menunging, penisnya yang telah siap itu, di
masukan dari belakang. “heemm” kata dengan
desah yang ku tahan. “Dewi, menjeritlah, betapa
keras jeritan mu suamimu tak akan bangun ha ha
ha” kata Ki Bejo
Penis itu terus mengesek dinding vaginaku, aku
menjerit, mengerang nikmat. Samapi aku benar
benar merasa puas.
Setelah nafsuku terpuaskan, aku segera
mengenakan pakai-an ku kembali. “Ki Bejo, apa Ki
Bejo bisa mengemudikan mobil?” tanyaku. Ki
Bejo tersenyum, sambil dia mengelus elus
punggungku.
Aku berjalan menurunin tangga rumahku, dan
kembali ke kamar tidurku. Kali ini aku tertidur
dengan membawa kenikmatanku.
Esok pagi tubuhku terasa segar sekali.wajahku
juga berseri seri. “mami, wah mami benar benar
sudah sehat sekarang” kata suamiku. Aku
memeluknya, dan mencium suamiku.
“pi, bagaimana kalau Ki Bejo, kita jadikan sopir
pribadi, Ki Bejo sudah setuju tuh” kataKu. “Oh,
kalau dia mau tentu saja boleh” kata suamiku.
Aku mencium pipi suami ku.


Adult | GO HOME | Exit
1/2360
U-ON

inc Powered by Xtgem.com